ANGKASA PURI KELANA

Halaman

Kamis, 24 Maret 2016

SOEHARTO, TETAP POPULER DITENGAH HUJATAN

Lantai 5 di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) sepekan lebih kebanjiran pembesuk. Rakyat jelata, pejabat, pengusaha, agamawan, budayawan dan politisi datang silih berganti di kamar presiden suite I-II nomor 536 yang ada di lantai itu. Di kamar itu bekas Presiden kedua RI, Soeharto direwat sejak Juli 2008.


Kerabat dan kolega semua mendoakan kesembuhan bagi Soeharto. Bekas lawan-lawan politiknya pun tidak mau ketinggalan ikut menjenguk dan mendoakan Soeharto. Bisa dibilang sakitnya Soeharto mengundang simpati hampir seluruh masyarakat Indonesia. Di sejumlah  daerah beberapa kelompok masyarakat juga ikut mendoakan kesembuhan Soeharto. Bahkan di Surabaya, Bandung dan Jakarta, buku-buku tentang Soeharo laris manis terjual.



Tapi bukan berarti semua masyarakat simpati terhadap mantan penguasa Orde baru tersebut. Ada juga yang tetap ngotot untuk menyeret Soeharto ke pengadilan. Dr Asvi Warman Adam, seorang peneliti Utama LIPI, melihat, Sakitnya Soeharto menimbulkan empat pandangan di kelompok masyarakat. Ada pandangan yang sangat memuji, pragmatis, kritis dan sangat kritis.

Golongan yang sangat memuji ini pertama terdiri atas para pembantu presiden, politisi yang pernah diuntungkan rezim atau yang ingin menyenagkan hati Soeharto. Golongan pragmatis terdiri atas para teknokrat yang pernah menjadi mentri atau pejabat tinggi atau pakar yang melihat aspek positif dari ekonomi Orde Baru. Adapun katagori ketiga adalah pengamat dan aktivis LSM yang kritis terhadap kepemimpinan Soeharto yang dinilai otoriter. Sedang golongan yang sangat kritis adalah mereka yang bersuara sangat keras terhadap korupsi dan pelanggaran HAM yang dilakukan pemerintah Orde baru.

Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Golongan yang mayoritas adalah kelompok yang memuji. Setidaknya ini  tercermin dari survei yang dilakukan lembaga ini tahun 2007. Berdasarkan hasil survei tersebut, dari 438 responden sebanyak 61,1% masyarakat Jakarta dapat memaafkan Mantan Presiden Soeharto, tapi sebanyak 50,1 persenmasyarakat tidak menginginkan proses hukum atas mantan penguasa Orde Baru tersebut dihentikan.

Setelah bertahun-tahun ternyata persepsi publik terhadap Soeharto mengalami perubahan yang signifikan. Sebab secara umum masyarakat untuk wilayah Jakarta, bisa memaafkan kesalahan Soeharto, hanya kurang dari 25 persen yang tidak bisa memaafkan. Sebagian publik memaafkan Soeharto lantaran menilai jasa Soeharto lebih besar dibandingkan kesalahannya. Hebatnya lagi, dalam survei LSI tantang siapa mantan presiden RI yang paling berjasa terhadap bangsa Indonesia, Soeharto mendapat peringkat teratas sebagai presiden yang paling berjasa. Posisinya berada satu tingkat di atas mantan Presiden Soekarno

Paling banyak dibaca