ANGKASA PURI KELANA

Halaman

Sabtu, 26 Maret 2016

Merindukan Kepemimpinan Soeharto Isih penak jamanku, To?

Pada tanggal 8 Juni 2011 Sebuah buku tentang Soeharto, Presiden RI kedua, yang berjudul “Pak Harto The Untold Stories” diluncurkan. Berbagai kisah unik, menyentuh, dan tak pernah dipublikasikan sebelumnya tentang sosok penguasa rezim Orde Baru itu dituturkan oleh 133 narasumber, dari dalam dan luar negeri. Tak semua kawan, juga banyak yang lawan.


Sosok Suharto belakangan diimpikan sebagian masyarakat Indonesia ketika kondisi ekonomi dinilai tidak membaik dan cita-cita reformasi dianggap tidak sesuai harapan.Tidak ada yang tahu secara pasti sejak kapan kaos dan sticker bergambar Suharto mulai meramaikan lapak-lapak milik pedagang di kawasan Malioboro, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sesuatu yang sebenarnya tidak terbayang akan terjadi pada tahun 1998 atau sesaat setelah dia mengundurkan diri dan sempat dikucilkan
Motif kaos bergambar Suharto yang ditawarkan beragam mulai dari Suharto dengan pakaian militer kebesarannya hingga sosok Suharto yang tengah mengenakan pakaian safari sambil melambaikan tangannya. Rata-rata kaos yang dijual seharga Rp30.000 itu memiliki tulisan dalam bahasa Jawa, “Piye kabare bro? Penak jamanku tho..” yang artinya kurang lebih adalah “bagaimana kabarnya bro? masih lebih enak di jaman saya kan.” Sejumlah pedagang yang ditemui mengaku menjual kaos bergambar Suharto karena alasan ekonomi dan bukan politis
Selain kaos dan sticker bergambar Suharto yang banyak dibeli, Museum Memorial Jenderal Besar H.M Suharto juga ramai dikunjungi orang. Museum yang terletak di Kemusuk, Bantul, Yogyakarta ini baru berdiri pada 8 Juni lalu. Pada akhr pekan pertama di bulan November lalu, museum itu ramai dikunjungi orang yang umumnya datang secara rombongan. Museum Memorial Jenderal Besar H.M Suharto banyak menghadirkan cerita dan diorama yang menggambarkan keberhasilan Suharto mulai dari perannya pada peristiwa tiga puluh September, Operasi Trikora di Irian Jaya hingga keberhasilan di masa pembangunan lima tahunan.
Kerinduan orang terhadap Suharto sebagai pemimpin yang pernah dinilai gagal bukanlah hal aneh jika dilihat dalam konteks kondisi Indonesia yang sedang berada dalam masa transisi. Fenomena seperti itu acap terjadi dalam negara yang sedang mengalami fase transisi dimana pada satu titik tertentu ada kejenuhan dimana proses demokratisasi yang berlangsung menemui kegagalan-kegagalan dan orang menengok ke masa lalu dan pada saat itu orang melihat figur pada masa lampau yang pernah menyediakan ketertiban dan kesejahteraan
Munculnya kerinduan orang terhadap Suharto harus direspon dengan perbaikan kebijakan dan sikap presiden dalam menangani sejumlah isu ekonomi dan politik. Saat ini kita sudah masuk era demokratisasi. Tidak perlu harus surut kembali. Kerinduan pada Soeharto mungkin hanyalah masalah kepemimpinan yang tidak berwibawa dan tidak tegas. Inilah sebenarnya yang sedang disuarakan masyarakat.

Paling banyak dibaca